Tradisi Masyarakat Betawi : Pengajian Makam Triti di Hari Raya Idul Fitri
TANGERANG SELATAN, PERSADA COM – Sebagian kecil dari kebiasaan yang jamak dilakukan sebagai tradisi masyarakat betawi pada momen hari raya idul fitri. Kalau bicara dalam skala kebetawian yang lebih luas, ada beberapa hal yang lazim dilakukan masyarakat Betawi pada saat hari raya idul fitri. Kebiasaan ini sudah berkaitan dengan tradisi dan local wisdom masyarakat Betawi, utamanya pada saat idul fitri.
Sederhananya adalah aktivitas pengajian makam yang biasanya di laksanakan 7 hari berturut- turut. Dalam pengajian makam ini, warga berkumpul lalu membaca surah Yasin bersama ditambah tahlil dan salawat kepada Nabi Muhamad SAW. Setelah itu, acara berlanjut selama 7 hari 7 malam dan membaca Quran bergantian.
Seperti di kelurahan Benda Baru yg ada di wilayah Rw 03 selalu di adakan dari tahun 80an sampai sekarang yang di adakan di makam TRITI TPBU tradisi ini tak pernah pudar.
Dalam pengajian ini di mulai pada hari raya ke 2 dan berakhir pada hari raya ke 8. Pada penutupan pengajian makam Triti kali ini di hadiri dari beberapa tokoh seperti para Ketua RT, para tokoh masyarakat, Ketua MUI Ustadz Komarudin dan untuk Tausiah Oleh Kyai H Lukman Hakim.
“Mari jangan pernah hilangkan tradisi positif ini guna memepererat silaturahmi Ukuwah islam,” Tegas Sekretaris Kelurahan Benda Baru Bpk Herdiyanto.
Pengajian makam ini bisa juga diartikan sebagai sedekah dan saling kirim kirim doa.
Pengajian makam ini diartikan sebagai bentuk rasa syukur atas rejeki dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita sekaligus sebagai pengingat terhadap saudara atau keluarga yang sudah mendahului kita, dengan cara mengirimkan doa-doa kepada mereka.
Salah satu tradisi yang juga penting dan tak boleh ketinggalan adalah ziarah kubur. Biasanya dua hingga satu minggu menjelang Ramadan, ziarah kubur ke makam orang tua yang sudah meninggal wajib dilakukan. Selain mendoakan, si anak akan membersihkan makam yang sudah kotor ditumbuhi oleh tanaman-tanaman parasit.
Acara Pengajian kuburan ini bisa sangat intim lantaran biasanya kuburan orang Betawi berada tak jauh dari rumah. Dalam alam dan pola pikir orang Betawi, tanah adalah tempat kelahiran dan kematian. Karena itulah, rumah orang Betawi memiliki tanah alias kebon yang luas.
Tanah adalah untuk diwariskan, bukan dijual. Karena itu, dalam satu lingkungan tempat tinggal orang Betawi, terkadang ditemukan ada kuburan keluarga. Kuburan Triti ini adalah Wakaf dari warga warga sekitar.
(Icang37/Red)